Thursday, August 3, 2017

Teruntuk Suamiku, Aku Malu Jika Harus Meminta, Meskipun itu Hak-ku







Teruntuk suamiku, terimakasih telah memberi nafkah halal padaku dan

anak-anak kita. Terimakasih atas pakaian yang kupakai ini, atas makanan

yang ku lahap setiap hari.”





Benar

saja, itu adalah kewajiban suami, namun baiknya memang istri selalu

bersyukur atas apa saja yang diberikan suami melalui rezeki yang halal,

dengan mengucapkan rasa syukurnya berterimakasih kepada suami.



Islam

telah menetapkan kewajiban nafkah keluarga ada di pundak suami

sebagaimana firman Allah dalam Quran Surah Al Baqarah ayat 233:

“…………..Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para

ibu dengan cara yang ma’ruf (baik).”



Karena

itu, nafkah istri menjadi tanggung jawab suami. Dan itu juga berarti

bahwa seorang istri tidak dibebani menanggung nafkah dirinya sendiri

apalagi keluarga.



Seorang

istri shalihah paham benar bahwa nafkahnya ditanggung oleh suami, dan

menjadi kewajiban suami untuk menafkahinya dengan cara yang ma’ruf.

Namun tahukah engkau wahai suami, bahwa istrimu memiliki rasa malu untuk

meminta kepadamu meski nafkah adalah hak istri dan kewajiban suami. 

Istrimu malu dan juga takut untuk meminta haknya karena ia menjaga

dirinya dari apa yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW,



“Allah

tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada

suaminya, dan dia selalu menuntut (tidak pernah merasa cukup).” (Hr An

Nasa’i. Al Baihaqi).



Istri

shalihah tidak akan menuntut di luar kemampuan suaminya. Cukuplah bagi

istri sesuatu yang pantas dan sewajarnya, tidak perlu mewah, merk

terkenal atau mahal harganya.  Cukuplah sesuatu yang dapat memenuhi

fungsinya, karena sombong dan bergaya bukanlah tabiatnya.    Sederhana

dan qanaah telah menjadi penghias akhlaknya.



Karena

itu wahai suami, perhatikan penampilan istrimu. Dan segera penuhi

kebutuhan istrimu. Jangan menunggu istrimu memintanya, karena rasa malu

akan mencegahnya, juga kekhawatiran akan membebanimu.



Perhatikan keadaan istrimu.



Adakah pakaiannya mulai kusam,



sepatu sudah butut,



sandalnya sudah tipis,



atau tasnya tak layak.





Ajaklah istrimu untuk membeli kebutuhannya.  Atau berikanlah uang padanya untuk membelinya sendiri.



Tak

perlu kau tanya apakah mau beli sepatu dan sebagainya. Jika kau

bertanya, niscaya istrimu akan menolaknya dan menyarankan untuk

mengutamakan kebutuhanmu dan anak-anakmu.



Dan

jika kau memberi sesuatu, istrimu sungguh akan bersuka cita atas

perhatian yang kau berikan. Niscaya rasa cinta dan sayangnya padamu akan

makin bertambah besar karena kau mengakui keberadaannya.



Wahai suami, bermurah hatilah pada istrimu. Janganlah berlaku pelit terhadapnya.
ingatlah bahwa rezeki istrimu itu lewat suami.



Jika kau sering memberikan hadiah untuk kerabatmu dan kolegamu, ingatlah juga ada istri yang setia disampingmu.



Istri yang siap sedia membantumu meski tak ada belanja tambahan.



Istri yang mendampingimu saat senang maupun susah dan tak kenal lelah.



Apalagi

bila dirimu memiliki kelebihan rizki. Sesekali berikan hadiah untuk

istrimu. Belikanlah sesuatu yang pada umumnya disukai oleh para wanita,

apakah itu perhiasan meski hanya sebuah cincin atau gelang, sepasang

sepatu baru, tas tangan yang disukai istrimu, atau hanya sekedar makanan

kesukaannya. Hadiahmu akan sangat berarti baginya dan akan menambah

rasa cintanya padamu.



Wahai

suami, jangan lupakan kerabat istrimu, terutama ibu dan ayahnya. Jika

istrimu malu untuk meminta haknya, maka ia lebih malu lagi meminta

sesuatu untuk ibu dan ayahnya. Sebagai seorang anak, istrimu pun ingin

dapat memberikan sesuatu untuk orang tuanya sebagai tanda cinta dan

baktinya. Namun tak akan mudah terlaksana bila nafkahnya tergantung

kepadamu. Karena itu, tanpa istrimu meminta, berikanlah sebagian rizkimu

untuk mertuamu, melalui tangan istrimu.



Mertuamu

akan sangat berbahagia dan terkesan padamu menantu yang berbuat baik

kepada orang tua istrinya. Demikian juga, jangan lupakan kerabat istrimu

dengan mengutamakan kerabatmu sendiri.



Wahai

suami, jangan abaikan hal tersebut di atas, terlebih bila istrimu tidak

bekerja. Istri shalihah akan merasa ringan membelanjakan hartanya untuk

memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, meski ia tahu ia berada dalam

tanggungan nafkahmu. Ia juga tidak akan berat membelanjakan hartanya

untukmu dan anak-anakmu, terlebih dalam kondisi sempit.



Sementara

istri yang tidak bekerja, atau yang sudah berhenti bekerja. Mereka

tergantung sepenuhnya akan nafkah di tanganmu sebagai suaminya.  Dan

inilah yang ditetapkan Allah.  Karena itu, ingatlah selalu kewajiban

ini.



Kewajiban

nafkah harus ditunaikan sesuai dengan kemampuanmu, dan tanpa menunggu

permintaan istrimu. Istri shalihah selalu berusaha qanaah dan tidak

menuntut di luar kemampuanmu. Istri shalihah selalu berusaha mensyukuri

pemberian suaminya. Ingatlah, Allah akan meminta pertanggungjawabanmu

dalam menafkahi keluargamu kelak di Yaumil Akhir.  Ingatlah, sebaik-baik

suami adalah yang bersikap baik kepada istri dan keluarganya. Semoga

bermanfaat



Sumber : ummi-online.com





sumber: keluargasakinahdotnet

Add Comments


EmoticonEmoticon